Problem Based Learning
(pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat
tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar
bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog.
PBL merupakan suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah.
Problem
Based Learning yaitu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran
berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa
dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
baru.
Problem Based Learning
(Pembelajaran berbasis masalah) yang dinyatakan oleh kunandar bahwa
tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran
ide secara terbuka. Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri
dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri.
Karakteristik
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Para pengembang pembelajaran
berbasis masalah (Ibrahin dan Nur,2004) telah mendeskripsikan karaketeristik
model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
Pengajuan pertanyaan
atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan
pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip
atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran berbasis masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang
kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban
sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
Berfokus pada
keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL mungkin berpusat pada mata
pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
Penyelidikan autentik.
Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa untuk melakukan
pennyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
Mereka harus menganalsis dan mendefinisikan masalah mengembangkan
hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalsis informasi,
melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan
kesimpulan
Menghasilkan
produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut siswa untuk menghasilkan
produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan
atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut
dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata
itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang
telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan
tradisional atau makalah.
Kerjasama.
Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu
sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Tahap-Tahap PBL
Pengajaran berbasis masalah terdiri dari lima
tahap, seperti dijelaskan tabel berikut ini;
Tahapan
|
Kegiatan guru
|
Tahap 1 :
Orientasi siswa terhadap masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
perangkat yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya.
|
Tahap 2 :
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
Tahap 3 :
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta
pemecahan masalahnya.
|
Tahap 4 :
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
|
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka
berbagi tugas dengan temannya.
|
Tahap 5 :
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
|
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau
evaluasi teerhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar